Kematian Mendadak Saat Olahraga, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Kasus kematian mendadak ketika berolahraga sering dipicu oleh gangguan jantung tersembunyi yang tak terdeteksi sebelumnya.
Olahraga selalu dikaitkan dengan kesehatan, namun dalam beberapa tahun terakhir publik dikejutkan oleh sejumlah kasus kematian mendadak yang terjadi di lapangan. Dari atlet profesional hingga masyarakat umum, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan serius tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh.
Salah satu kasus yang sempat menggemparkan publik terjadi pada Februari 2025 ketika legenda Persebaya Surabaya, Bejo Sugiantoro, kolaps saat bermain sepak bola dan dinyatakan meninggal akibat dugaan henti jantung mendadak. Kasus serupa juga menimpa atlet Sambo asal Bangkalan, Moh Naufaluddin Hanif, yang meninggal saat mendukung rekannya bertanding di ajang Porprov Jawa Timur. Di kancah internasional, pebulu tangkis China berusia 17 tahun, Zhang Zhijie, ambruk dan meninggal saat bertanding di Yogyakarta akibat serangan jantung mendadak.
Para ahli menyebut bahwa sebagian besar kasus kematian mendadak saat olahraga disebabkan oleh gangguan pada jantung. Henti jantung mendadak terjadi ketika jantung berhenti berdetak akibat gangguan listrik, membuat aliran darah ke otak dan organ vital terhenti hanya dalam hitungan detik. Pada usia muda, penyebab yang sering ditemui adalah hypertrophic cardiomyopathy, yaitu penebalan otot jantung bawaan yang kerap luput dari deteksi medis. Sementara pada orang dewasa, faktor seperti penyakit jantung koroner, aritmia, dan pecahnya plak pembuluh darah menjadi pemicu utama.
Dokter jantung menekankan pentingnya skrining kesehatan sebelum berolahraga intensif, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau berusia di atas 35 tahun. Pemeriksaan dengan EKG atau echocardiography bisa membantu mendeteksi kelainan sejak dini. Gejala seperti nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, atau pingsan tidak boleh dianggap remeh karena bisa menjadi tanda adanya masalah serius.
Meski terdengar mengkhawatirkan, kematian mendadak saat olahraga bisa dicegah dengan langkah sederhana. Pemanasan yang cukup, menjaga intensitas sesuai kemampuan tubuh, serta tidak memaksakan diri ketika merasa lelah adalah hal yang penting dilakukan. Keberadaan defibrillator otomatis atau AED di fasilitas olahraga juga menjadi faktor penentu karena dapat mengembalikan detak jantung dalam kondisi darurat.
Olahraga tetap menjadi cara terbaik untuk menjaga tubuh tetap sehat, namun kesadaran akan risiko dan kewaspadaan terhadap kondisi jantung menjadi kunci agar aktivitas fisik selalu aman. Kasus-kasus kematian mendadak seharusnya menjadi pengingat bahwa menjaga kesehatan jantung sama pentingnya dengan menjaga kebugaran tubuh.





